Unic29.com - Indonesia memiliki ragam budaya unik, tak biasa dan mengejutkan. Tak heran bila banyak traveler
yang penasaran dan tertarik datang ke berbagai sudut Indonesia. Tradisi apa saja?
Dilansir
up2date, Tradisi potong jari sebagai tanda belasungkawa adalah salah satu dari 3
tradisi yang tak
biasa dan membuat traveler penasaran dengan Indonesia. Bagaimana tidak,
dari namanya saja sudah membuat orang bertanya-tanya. Dihimpun
detikTravel, Rabu (6/3/2013), berikut adalah 4
tradisi asli Indonesia
yang bisa membuat traveler kaget namun ada pesan budaya penting di balik itu:
1. Tradisi Ngayau, Kalimantan Tengah
Tradisi Ngayau seringkali menjadi cerita
yang membuat
wisatawan penasaran dengan Kalimantan Tengah. Tradisi ini dilakukan
oleh Suku Dayak Tomun di Desa Bakonsu, Lamandau. Ngayau sendiri dikenal
sebagai salah satu ritual Dayak Tomun
yang membuat orang merinding.
Ritual ini biasanya dilakukan, apabila ada orang dari Suku Dayak
Tomun meninggal dunia. Dari situ, keturunan laki-lakinya akan melakukan
upacara adat untuk keluar dari kampung, guna mencari tumbal berupa
kepala manusia. Kepala tersebut akan dipersembahkan kepada jasad orang
tuanya
yang meninggal itu.
Anda tidak perlu takut. Sesuai dengan kemajuan zaman, tardisi ini
sudah tidak dilakukan lagi. Lagi pula, ritual tersebut dinilai tidak
sesuai peraturan pemerintah. Untuk membuktikan kalau
tradisi Ngayau pernah terjadi, di Rumbang Bulin, rumah adat Dayak Tomun
yang ada di Desa Bakonsu memiliki arsitektur rumah panggung
yang panjang dan tinggi.
Selain itu, rumah ini memiliki tangga
yang dapat dilepas dan disimpan guna kewaspadaan keluarga di rumah tersebut dari kayau atau orang
yang melakukan ritual Ngayau. Di bagian depan Rumbang Bulin ini juga terdapat Sandung yaitu prasasti
yang di atasnya masih tersimpan tengkorak kepala manusia korban ritual Ngayau.
2. Potong Jari, Papua
Suku Dani di Papua punya cara tersendiri saat berbelasungkawa. Ketika ada satu anggota keluarga
yangmeninggal, sang mama (sebutan untuk ibu-ibu Papua) akan memotong jarinya.
Suku Dani ini, bisa traveler temui di Kampung Obia, Distrik Kurulu, Wamena. Suasana di Kampung Obia, masih sangat
tradisional. Bahkan, pria di desa tersebut
hanya mengenakan koteka dan wanitanya
hanyamenggunakan anyaman kulit pohon sebagai rok.
Dalam
tradisi ini, ruas jari dipotong dengan menggunakan kampak batu
yang khusus
untuk memotong jari. Yang memotongnya, adalah kepala suku setempat.
Setelah dipotong, ruas jari akan dibaluri obat-obatan
tradisional untuk menyembuhkan luka.Meski
tradisi potong jari sudah tidak dilakukakn, di kampung tersebut traveler masih bisa melihat para mama dengan jari-jari
yang sudah terpotong.
Mungkin,
tradisi ini akan membuat bulu kuduk Anda
merinding. Tapi, tidak bagi wanita-wanita Suku Dani. Ini adalah
belasungkawa dan penghormatan terdalam bagi mereka saat ditinggalkan
anggota keluarga.
3. Potong daun Telinga, Papua
Masih dari Suku Dani di Papua, saat sedih ditinggal kerabat dekat
selain ruas jari, sang mama juga bisa memotong daun telinga. Aduh!
Mungkin bagi orang luar, hal ini tampaknya sangat esktrem. Tapi bagi
orang Dani, ini adalah bentuk penghormatan dan tanda belasungkawa
yang terdalam. Kesedihan akan kehilangan mungkin
hanya dapat ditutupi oleh luka, berharap waktu dapat menyembuhkan keduanya. Kita masih dapat menemui wanita suku Dani
yang pernah menjalani ritual ini.
4. Perang Pandan, Bali
Tradisi ini mungkin terlihat agak menyeramkan. Seluruh penonton
yang menyaksikan
tradisi Perang Pandan di Bali akan melihat “pertumpahan darah” dalam peperangan ini.
Masyarakat Bali di Desa adat Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali
punya ritual Mekare-kare atau Perang Pandan. Perang Pandan adalah acara
ritual kebudayaan
yang rutin dilakukan setiap tahun.
Dengan menggunakan daun pandan berduri, dua orang pemuda desa akan
saling bertarung. Duri-duri pandan itu pun akan memecut tubuh keduanya.
Bahkan, ada
yang luka dan berdarah.
Meski begitu, mereka mempunyai obat anti septik dari bahan umbi-umbian
yang akan
diolesi ke luka tersebut. Hingga akhirnya luka akan mengering dan
sembuh. Tradisi ini bukanlah untuk mencari musuh, melainkan
hanya sebuah
tradisi yang bersifat menghibur.
Ritual ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Tetap harus ada ahli atau tetua adat
yang mengawasi ritual
sumber : http://www.unic29.com/22698/4-tradisi-yang-hanya-ada-di-indonesia/