Pada mulanya penduduk Kampung Kemayoran adalah orang Betawi. Kedatangan
Belanda ke Jakarta sebagai bangsa penjajah banyak membutuhkan tenaga
dari luar untuk diladikan pekerja dalam pembuatan jalan, parit-parit
maupun untuk menjadikan milisi (wajib militer) dalam menghadapi Sultan
Hasanudin dari Banten dan Sultan Agung dari Mataram. Selain itu untuk
menghadapi musuh-musuhnya pemerintah Belanda mendatangkan orang-orang
dari Cina, India, Sumatera dan Indonesia bagian timur. Dengan adanya
bangsa-bangsa tersebut terjadilah asimilasi perkawinan diantara mereka.
Kemudian datang orang Indo (campuran Belanda dan Indonesia) untuk
tinggal di komplek tentara di jalan Garuda. Setelah perang dunia ke dua
banyak bekas tentara Belanda (pensiunan) datang ke Kemayoran untuk
tinggal di sana.Setelah Indonesia merdeka, daerah Kemayoran banyak
didatangi orang-orang perantauan dari Jawa Tengah (Yogya, Kebumen,
Tegal, Purwokerto, Banyumas), Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan
NTB. Demikian pula bangsa-bangsa lain seperti Cina, Arab banyak
berdatangan di tempat tersebut..Pada masa pemerintahan Belanda Kemayoran
merupakan sebuah Wekmeester yang dipimpin oleh seorang Bek. Baru
setelah Indonesia merdeka, Kemayoran menjadi bagian dari wilayah
Kecamatan Sawah Besar, Kawedanan Penjaringan, Walikota Jakarta Raya.
Tetapi pada tahun 1963 - 1968 Kemayoran dimasukan kedalam wilayah
Kecamatan Senen, Walikota Jakarta Raya. Setelah tahun 1968 Kemayoran
dijadikan wilayah Kecamatan dengan meliputi lima kelurahan yaitu Gunung
Sahari Selatan, Kemayoran, Kebon Kosong, Serdang dan Harapan Mulia.Pada
masa pemerintahan Belanda daerah Kemayoran tidak lepas dari kekuasaan
mereka. Di bawah pemerintahan gubernur Jendral Daendels, usaha yang
dilaksanakan ialah pembangunan jalan darat yaitu dari Anyer sampai
Panarukan. Kebutuhan dana pembangunan jalan tersebut Daendeels dengan
cara meniual tanah yang dikuasai kepada orang-orang kaya. Hal semacam
itu terjadi pula pada tanah di Kemayoran. Umumnya pembelinya dari
kalangan orang-orang kaya atau luan tanah dari golongan Cina, Arab dan
Belanda, diantaranya ialah Rusendal, H. Husein Madani (lndo-Belanda),
Abdullah dan De Groof.
Kekuasaan tuan tanah itu sama dengan tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda. Mereka berhak mengatur kembali tanah yang sebelumnya
mereka adalah budak belian. Setelah perbudakan dihapus, mereka menjadi
petani milik tuan tanah dan umumnya tuan tanah akan menentukan besarnya
pajak yang harus mereka bayar.Adapun pajak yang ditarik pada waktu itu
ada dua macam yaitu pajak tempat tinggal dan pajak penggarap sawah hasil
bumi. Untuk pajak tempat tinggal ditarik tiap bulan sebesar satu picis.
Sedangkan untuk penghasil dibagitiga dengan perincian petani penggarap
25%, tuan tanah 45% dan mandor 30%. Disamping penggarap mengeluarkan
25%, mereka masih diharuskan memberikan sebagian hasilnya pada mandor.
Apabila tanah itu ditanami kacang tanah, buah-buahan dan sebagainya,
mereka diwajibkan membayar pajak tanah pada tuan tanah yang besarnya
kurang lebih 4% dari hasil panen tersebut. Adanya pendatang dengan
mempunyai latar belakang kebudayaan dan pendidikan yang berbeda membawa
pengaruh positif terhadap kehidupan penduduk Kemayoran. Dahulu mereka
memang memandang para pendatang secara negatif, karena mereka menganggap
bahwa para pendatang itu berasal dari kalangan orang-orang susah. Kesan
semacam itu kemudian berubah setelah mereka mulai mengadakan
komunikasi. Dengan adanya komunikasi terus-menerus mendorong penduduk
Kemayoran mau bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarganya, karena banyak diantaranya dalam mereka bekerja tidak lagi
hanya mengandalkan dari satu jenis pekerjaan seperti dahulu. Karena
Kemayoran sekarang daerahnya sudah berubah menjadi tempat pemukiman,
banyak diantara mereka yang mengalihkan mata pencahariannya yakni dari
petani ke usaha-usaha lain seperti pedagang, buruh pabrik, bengkel dan
lain-lain. Dengan dibangunnya Lapangan Terbang Kemayoran sekitar tahun
1935, penduduk membuka usaha sebagai pedagang keliling, nasi,
perbengkelan, berjual alat-alat rumah tangga dan lain-lain.Sudah menjadi
tradisi bagi tuan-tuan tanah di daerah kemayoran, pada tiap-tiap tahun
baru Cina, mereka mengadakan suatu pesta perayaan dengan acara
pertunjukan sebagai hiburan bagi rakyat. Acara pertunjukan tersebut
memperkenalkan kesenian rakyat yang sangat digemari pada saat itu
misalnya kesenian Keroncong, Wayang Kulit, Gambang Kromong, Der Muruk
dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jenis kesenian
yang sangat digemari saat itu, akan kami jelaskan di sini.Musik
keroncong mulai masuk di Indonesia sejak abad ke XVII berasal dari
Portugis. Mula-mula dibawa oleh orang portugis ke Jakarta pada tahun
1661 oleh bekas tawanan tentara portugis yang kalah perang dan menetap
di daerah Tugu, Jakarta Utara. Dari musik keroncong Tugu pengaruh
Portugis inilah berkembang menjadi keroncong yang sampai kini merupakan
lanjutan dari keroncong Oud Batavia (lief de Java) dan Keroncong asli
Kemayoran.Mula-mula musik keroncong Tugu ini hanya untuk mengiringi
lagu-lagu bernada sedih bersifat irama melankolis dan bahasanya
Portugis. Kemudian lagu-lagunya diperluas dan ditambah dengan irama
stambil dan melayu mempergunakan bahasa Tugu sehingga terciptalah
lagu-lagu seperti Cafrinyo (Kaparinyo), Jankafalati, Morasco, Proungga,
Stambul Tugu (stambul jampang), Nina Bobok, Terang Bulan, Keroncong Tugu
(menjadi keroncong Kemayoran sekarang) dan lain-lainKemudian pada abad
ke XX sekitar tahun 1920-1925 berdiri musik keroncong Lief de Java (Oud
Batavia) yang disponsori oleh orang Belanda dengan para pemainnya
campuran orang Belanda dan orang Indonesia. Mereka memoderenkan musik
keroncong asal Tugu dengan irama musik Jazz Band, walaupun irama
keroncongnya tetap ada dan lagu-lagunya juga lagu Indonesia.
Peralatannva ditambah dengan gitar, melodi, okulele (cuk), bass dan
seruling. Penyanyinya ialah Amri Landaw dan Leo Spei. Dari orkes
keroncong Oud Batavia ini berkembang rnenjadi Keroncong Asil Jakarta,
salah satu diantaranya ialah Keroncong Kemayoran dari Daerah Kepu,
Kemayoran dibawah pimpinan M. Sagi.Orkes keroncong Kemayoran untuk
pertama kalinya tampil dimuka umum pada tahun 1922. Mereka selalu
mendapat panggilan dari orang-orang Belanda atau Cina yang kaya untuk
memeriahkan pesta perkawinan atau pesta ulang tahun di ternpat kediarnan
mereka. Disamping itu orkes keroncong ini tidak ketinggalan pula turut
serta mengikuti 'perlombaan orkes keroncong' yang diadakan tiap-tiap
tahun di pasar malam Gambir. Diarena pertunjukan ini orkes keroncong
Kemayoran harus menghadapi saingan-saingan yang dianggap kuat yaitu
orkes Keroncong Tugu dan orkes Lief De Java (Oud Batavia). Alat-alat
musik yang dipakai oleh orkes keroncong Kemayoran pada waktu itu masih
sangat sederhana terdiri dari biola, keroncong, rebana dan gitar
pengiring. Mereka tarnpil dengan memakai pakaian seragam khas Betawi,
yaitu jas tutup dan kain batik.Pada tahun 1929 di daerah Kemayoran
berdiri orkes Keroncong Fajar dibawah pimpinan Bapak Suratman.
Penyanyinya pada waktu itu ialah Suratmi dan Safi'i. Peralatan yang
dipergunakan ditambah dengan alat-alat musik lainnya seperti : Okulele
(Cuk), Cello, Bass dan Gitar Melodi.Lagu yang dibawakannya ialah
keroncong Kemayoran, Moressco, dan Cafrinyo (Kaparinvo). Lagu keroncong
Kemayoran sampai sekarang tidak diketahui siapa pengarangnya. Syair
lagunya mungkin berasal dari Keroncong Tugu, tetapi bahasanya yaitu
bahasa Indonesia.Kata-kata lagunya tergantung pada kehendak si penyanyi
yang membawakannya. Salah satu syair dari laqu keroncong adalah sebagai
berikut : Ani-ani bukannya wajaMemotong padi digunungSaya menyanyi bukan
sengajaMenghibur hati nan bingungReff : Olele di KotarajaBole enggak
bolehDibawa Saja. Orkes keroncong Fajar ini, banyak yang
menggemari sehingga sering dipanggil untuk bermain di daerah Jati
Negara, Petojo, Sawah Besar dan Kwitang. Ketika orkes keroncong Fajar
tidak terdengar lagi kegiatannya, muncul di daerah Kepu Kemayoran orkes
keroncong Sinar Betawi dibawah pimpinan M. Sagi, penyanyinya yang
terkenal pada waktu itu ialah adik M. Sagi yaitu Miss Rum.Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, orkes keroncong Sinar Betawi ikut
mengisi acara unkuk hiburan keroncong di RRI Jakarta yang pada waktu itu
bernama Radio Ketimuran ialah lagu Jali-jali, dibawakan.oleh penyanyi
Miss Rum. Disamping pemimpin orkes keroncong, M. Sagi dikenal pula
sebagai pencipta lagu, ciptaannya yang terkenal ialah dasi biru dan buah
Detima.pada masa kemerdekaan M. Sagi tetap aktif mengisi acara hiburan
keroncong di RRI Jakarta dengan nama Orkes Radio Indonesia. Penggemarnya
semakin banyak, sehingga mendapat panggilan untuk bermain di luar kota
Jakarta yaitu kota Krawang, Pekalongan, dan Solo. Pada tahun 1954 M.
Sagi meninggal dunia, maka orkes keroncong yang dipimpinnya berhenti
kegiatannya. Kemudian dilanjutkan oleh adik iparnya, yaitu Bapak
Isbandi. Beliau adalah suami Miss Rum. Peralatan yang dipergunakan
ditambah dengan alat-alat musik lainnya, seperti banyo, suling, biola,
dan Flut.Orkes keroncong pimpinan Isbandi mengisi acara RRI seminggu
sekali. Penyanyinya yang terkenal pada waktu itu ialah Sayekti, Masnun,
dan Abdul Gani. Pada tahun 1957 berdiri Orkes Keroncong Suara Kemayoran
dibawah pimpinan Ahmad Borni. Karena beliau bekerja sebagai karyawan RRI
Jakarta, maka orkes Keroncong Suara Kemayoran sering mengisi acara
hiburan keroncong di RRI. Penyanyinya ialah Neti. Lagu Bandar Jakarta
merupakan lagu yang sangat digemari pada waktu itu. Tetapi setelah Bapak
Ahmad Borni meninggal dunia, kegiatan orkes keroncong tersebut berhenti
dan tidak ada yang melanjutkan. Orkes keroncong Kemayoran pada awal
abad XX merupakan orkes hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat.
Namun kini nama orkes tersebut hanya tinggal kenangan, karena kurang
diminati warga Kemayoran untuk melestarikan kesenian tersebut.Musik
Gambang Kemayoran adalah seni musik yang mendapat pengaruh Cina, tetapi
irama dalam lagunya mempergunakan dialek Jakarta. Di daerah Kemayoran
ini tidak disebut Gambang Kromong, karena alat musik kromong tidak
dipergunakan. Pada tahun 1922 di daerah Kemayoran berdiri perkumpulan
gambang di bawah pimpinan Bapak Samsu yang merangkap sebagai penyanyi.
Alat-alat musik gambang Kemayoran terdiri dari gambang, gebian, kretek,
gending, dan kempul. Para penyanyinya ialah Laman dan Samsu sering
memukau hati penonton dengan membawakan lagu_lagu yang digemari yaitu
Onde-Onde, Si Jongkong Kopyor dan Kapal Karem.Adapun pertunjukan Wayang
Kulit berasal dari pengaruh Jawa. Ceritanya diambil dari Epos Mahabarata
dan Ramayana dan bahasa yang dipakai dalang dalam pertunjukan wayang
kutit ialah bahasa Betawi. Wayang kulit Betawi yang terkenal di daerah
Kemayoran ialah dibawah pimpinan Bapak Bagong yang tinggal di daerah
Kebon Kosong. Wayang kulit Betawi dipertunjukkan pada waktu pesta
perkawinan, sunatan, ruwatan, atau pesta tahun baru yang diselenggarakan
oleh tuan tanah di Gedung Tinggi Kemayoran. Tema ceritanya diambil dari
cerita Batara Kara yang maksudnya memberi nasihat kepada masyarakat
baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Sebelum pertunjukan wayang
dimulai, sesajen harus disediakan. Sesajen yang dipakai pada waktu
upacara ruwatan ialah seikat padi, batang tebu dan daunnya, setandan
pisang, kelapa hijau, buah, rokok, dan 7 macam jajanan pasar.Adapun
empat macam tumbuh-tumbuhan yang tersebut di atas mempunyai makna bagi
masyarakat Betawi, yaitu :a. Padi maksudnya anak Betawi bila sudah
menikah janganlah seperti anak muda.b. Tebu maksudnya anak Betawi
sesudah menikah jangan seperti rnakan tebu, habis manis sepah dibuang.c.
Pisang maksudnya sangat penting dalam membina rumah tangga, sebelum
orang itu mati memberikan darma baktinya atau amal kebaikan.d. Kelapa
maksudnya anak-anak Betawi sesudah kawin jadilah akar kelapa menjadi
seia sekata saling gotong royong.Der Muruk adalah sejenis sandiwara atau
tonil yang ceritanya berasal dari pengaruh Arab Parsi, sedangkan
bahasanya yaitu bahasa Melayu. Diperkirakan pertunjukkan Der Muluk
berkembang menjadi pertunjukan lenong, karena lenong asli yaitu disebut
lenong Dines mengambil cerita tentang kisah raja-raja dan bahasanya
Melayu tinggi bukan bahasa Betawi. Salah satu cerita Der Muluk yang
sangat disukai oleh masyarakat Kemayoran ialah cerita Indra Bangsawan
dan Jin Afrit. Para pemain mengenakan pakaian seperti raja-raja Melayu.
Musik pengiring cerita ada dua macam, yaitu tambur Cina dan
Harmonium.Apabila layar dibuka musik pengiringnya ialah tambur Cina, dan
jika adegan perang atau perkelahian maka musik pengiring ialah
harmonium. Permainan Der Mulur hanya untuk orang laki-laki, kaum wanita
dilarang ikut main. Demikianlah nama-nama jenis kesenian Betawi yang
digemari masyarakat Kemayoran pada awal abad XX.Rumah sebagai tempat
tinggal keluarga sangat penting artinya di dalam kehidupan, dari mulai
lahir sampai akhir hayat dan sering berganti sampai beberapa keturunan.
Dalam segala hal, baik bentuk, gaya, dan model, maupun konstruksi dan
susunannya, atau ragam hias dan lain-lainnya tidak dapat terlepas dari
filsafat dan pandangan hidup masyarakat setempat atau bangunan itu
didirikan dan kaitannya dengan semesta alam serta isinya.Demikian pula
mengenai bentuk-bentuk atau model rumah tradisional orang Betawi, baik
yang ada di wilayah kota maupun yang ada di daerah pinggiran DKI Jakarta
dan sekitarnya. Berdasarkan beberapa informasi dari orang-orang Betawi,
baik yang di kota maupun yang dipinggiran, maupun tipologi atau bentuk
rumah biasanya disebut menurut atapnya atau menurut strukturnya, dapat
dibagi kedalam beberapa model atau gaya sebagai berikut :- rumah Betawi
model Bapang;- rumah Betawi model Joglo;- rumah Betawi model Kebaya;-
rumah Betawi model Jure;- rumah Betawi model Gudang, dan lain-lain.
Adapun bentuk atau model rumah Betawi tradisional yang seperti
disebutkan di atas, ada perbedaaan dalam bentuk atau model yang ada di
wilayah Jakarta kota dan di wilayah pinggiran yang sebagian besar
penduduknya hidup bertani. Bentuk-bentuk model di daerah pinggiran lebih
sederhana, kebanyakan bentuk rumahnya lebih menyukai model jure,
bapang, dan gudang dengan biliknya terbuat dari anyaman bamboo, walaupun
sekarang ini sudah banyak perubahan yang terbuat dari bata. Rumah
Tradisional Betawi Bentuk rumah tradisional orang Betawi
kota, seperti yang masih ditemui di beberapa daerah Tanah Abang,
Kwitang, Petojo, Batu Tulis, Kemayoran, dan daerah lainnya, lebih banyak
ditemui rumah Betawi model Joglo dan kebaya.Adapun dalam penulisan ini
sebagai contoh penelitian adalah daerah Kemayoran yang termasuk wilayah
kota Jakarta Pusat. Umumnya sekarang model rumah penduduk Betawi sudah
banyak diubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kemampuan pemiliknya
sendiri. Tetapi walaupun sudah banyak perubahan lingkungan fisik dan
penghuninya, masih ada ditemui beberapa rumah asli orang Betawi tempo
dulu meskipun sudah tidak utuh lagi tetapi masih mencirikan unsure-unsur
rumah Betawi tradisional. Seperti yang kami lihat di Kemayoran Gardu,
ada rumah Betawi milik dari Perkumpulan Marsudi Rukun (PMR) yang
dindingnya terbuat dari “pager citak”. Rumah tersebut oleh penduduk
setempat disebut rumah pager citak. Pagarnya atau dindingnya terbuat
dari bilahan pelupuh bamboo yang diselipkan ke dalam lonjongan potongan
bambu bulat yang sudah dilubangi dan Nampak menyerupai cetakan segi
empat. Berbeda dengan dinding bilik bambu yang dianyam seperti rumah
orang Betawi di daerah pinggiran kota Jakarta.Referensi : Kampung Tua di
Jakarta, Dinas Museum dan Sejarah, 1993Sumber : diskominfomas, bang Jay
Salim di Gue Anak Kemayoran
Sumber: diskominfomas, bang Jay Salim di Gue Anak Kemayoran