Konon kata matraman diambil dari kata Mataraman, karena kawasan itu
dulunya dijadikan perkubuan oleh pasukan Mataram dalam rangka
penyerangan kota Batavia melalui darat. Pasukan Mataram yang dipimpin
oleh Sultan Agung ketika itu dua kali menyerang VOC di Baravia pada
tahun 1628 – 1629. sedang VOC saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal
Jan Pieterzoon Coen. Sejak saat itulah kubu pertahanan Mataram ini
kemudian diabadikan menjadi nama tempat sehingga sekarang. Enath karena
apa, lidah orang betawi waktu itu menyebut Mataram menjadi Mtraman.Pada
tahun 1811, di daerah Matraman terjadi pertempuran besar antara pasukan
Inggris dengan pasukan Belanda yang dimenangkan oleh pasukan Inggris,
dan menandai dimulainya masa pendudukan Inggris di Pulau Jawa. Thomas
Raffles lalu membangun markas – markas militer dikawasan itu hingga
Jatinegara ( Alwi Shahab, 2001 ). Setelah berbagai pertempuran besar
selesai dan beberapa markas militer dibangun, ternyata tidak menjamin
daerah Matraman aman. Pada awal tahun 1900-an, kawasan tersebut bahkan
menajadi tempat rawan kejahatan. Koran Bintang Betawi, yang terbit untuk
wilayah Betawi dan sekitarnya memberitakan beberapa kejahatan yang
pernah terjadi disitu, salah satunya dimuat pada tanggal 3 Juli 1902.“
diceritakan bahwa belum lama berselang, seorang Belanda bernama Tuan V,
diserang oleh satu soldadu peranakan yang langsung melompat naik kedalam
dos-a-dosnya saat dia melewati daerah antara Salemba dan Mr Cornelis (
Jatinegara ). Setelah berhasil masuk, soldadu ini lantas menusuk Tuan V,
beruntung tusukanya luput. Tuan V segera turun dari dos-a-dosnya,
sedang soldadu itu lalu memaksa kusir untuk membawanya pergi dari situ,
Tuan V lantas mengambil dos-a-dos lain untuk mengejar soldadu itu. Tapi
soldadu itu ternyata langsung berlari masuk ke dalam tangsi, lalu
memanjat tembok dan menghilang.” Saat ini, Matraman masih memiliki
reputasi yang kurang sedap. Bentrok antar warga masih sering terjadi
hanya karena masalah sepele. Mungkin semangat “ bertempur “ dari pasukan
Mataram masih diwarisi oleh penduduk daerah itu, sayang pertempuran itu
justru dilakukan sesama saudara sebangsa. ( Lily Utami, pemerhati
masalah sosial dan budaya )
Sumber: http://stevo-balereot.blogspot.com